REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate mengakui timnya mulai dipertanyakan sebagai kesebelasan besar, setelah kegagalan di Piala Dunia 2018. Maka ia pun tak heran timnya dicap kuda hitam saat harus melawan Jerman pada perdelapan final Piala Eropa 2020 di Wembley, London, Rabu (30/6).
Apalagi, ia juga sadar kualitas dan pengalaman yang dimiliki oleh Jerman. Ia menilai Jerman mampu mendikte kecepatan pada bagian tertentu dalam pertandingan, serta menguasai bola.
Ia juga tahu gelandang Jerman, Toni Kroos, akan mengatur permainan. Namun, Southgate mampu menerapkan taktik jitu.
Ia meminta timnya untuk bersabar. Southgate mengatakan, pemainnya pun mampu menekan di saat yang tepat, berani berhadapan satu lawan satu dan agresif dalam menyerang.
Selain itu, bek sayap Inggris juga mampu bermain dengan baik, mengatur tempo, dan memilih momen yang tepat kapan harus maju dan bertahan.
Selain itu, lanjut dia, Inggris juga menemukan keseimbangan yang bagus untuk berani dengan bola, serta menjaga penguasaan bola di wilayah pertahanan sendiri.
''Yang paling membuat saya senang adalah kami selalu memiliki semangat dan kami akan selalu memiliki hati, kami bermain dengan otak hari ini,'' jelas Southgate, dikutip dari laman resmi UEFA, Rabu (30/6).
Southgate menambahkan, energi yang ada di stadion juga luar biasa. Karena itu, ia senang bisa membuat fan pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.
Apalagi, jutaan orang bisa menikmati kemenangan yang istimewa ini setelah menjalani tahun yang sulit akibat pandemi, dan bermain tanpa penonton di stadion lebih dari setahun.
''Mereka (penggemar) berada di belakang setiap tantangan, mereka berada di belakang setiap kali kami menekan bola, di belakang setiap lari yang kami lakukan,'' kata Southgate.